.post}

Senin, 29 Oktober 2012

BLUES DAN TENTANG BLUES

Beberapa teman yang aku kenal, Slash menjadi salah satu alasan terkuat mereka ingin belajar gitar. Dan mereka sangat menyukai Slash, dari menirukan aksi panggungnya, cara bermain gitarnya, bahkan sampai ikut-ikutan menghisap rokok ditengah pementasan.
Memang tidak ada yang salah mengidolakan gitaris tertentu dan sangat terpengaruh secara musikal olehnya. Tapi sebagai pemain gitar pemula yang sedang belajar, aku lebih suka menyarankan untuk memperkaya referensi musik dengan mendengarkan lagu atau musik yang bukan hanya dari gitaris idola kita.
Jangan sampai kita sebagai pemain gitar memiliki gaya bermain gitar yang sama persis dengan idola kita. Karena setiap gitaris diharapkan mempunyai gaya permainan sendiri baik secara musikal maupun non-musikal. Secara musikal berhubungan dengan teknik gitar yang khas, yang dikembangkan dari teori dan teknik yang sudah pakem. Bermain gitar adalah bermain perasaan, bermain dengan rasa dan terwujud dalam satu karya seni yang indah untuk dinikmati.
Dengan teknik gitar yang sama, dapat menghasilkan suara dan nada yang berbeda dipendengaran telinga kita. Mungkin kamu pernah mendengar tipe pemain gitar, ada yang disebut orang lebih halus bermainnya daripada pemain gitar yang lain. Itulah seni, apa yang kita mainkan pada gitar adalah seni yang timbul dari perasaan kita dan dapat diapresiasi oleh orang lain yang mendengar.
Musik bukan dinilai hanya dari bagus atau tidaknya saja, tapi juga kadang hanya karena masalah suka atau tidak suka.
Nah, kalau kita main gitar dengan cara yang sama persis dengan idola kita, aku rasa jiwa berkesenian kita akan luntur dan tidak ada penjiwaan yang tulus pada setiap lagu yang kita mainkan.
Pentingnya memperkaya referensi musik adalah untuk mengasah musikalitas kita. Ibarat akan berperang, mendengarkan referensi musik lain adalah untuk menambah jenis-jenis senjata yang nantinya bila dibutuhkan sudah siap untuk digunakan.
Menjadi gitaris juga perlu kreativitas untuk menemukan karakter permainan gitar. Membuka lebar-lebar telinga, hati dan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang kamu banget.
Okey, mungkin kamu sedang belajar chord progression. Coba lihat video Pete Townshend ini:

Kamu bisa bikin dengan gaya kamu sendiri. Atau bisa coba dengarkan cara Alex Lifeson memainkan gitarnya.

Contoh lain, gitaris The Police, Andy Summers yang sering menggunakan variasi chord appregiated dan nada-nada yang berbeda untuk menghasilkan efek dramatis pada lagu. Coba kamu simak lagunya, “Every Breath You Take” dan “Message In A Bottle”. Dan dia juga menggunakan teknik picking seperti pada “Etude no.1″ karya Heitor Villa-Lobos (komposer dan gitaris klasik) yang diterapkan pada lagu “Bring on The Night”.

Dengan mendengarkan gitaris seperti contoh diatas, kita sedang belajar untuk keluar dari zona nyaman cara bermain gitar kita. Tujuannya adalah untuk menemukan atau membuat gaya bermain gitar kita sendiri. Menggabungkan pengaruh-pengaruh musik yang kita dengar dan kita terapkan pada permainan gitar kita agar mempunyai karakter yang kuat dan khas.
Banyak contoh-contoh yang lain, misalnya kamu ingin menggunakan efek gitar untuk mendapatkan suara yang berbeda. Dengarkan lagu MUSE featuring The Edge, Where The Street Have No Name. Atau mungkin ingin pakai tuning gitar yang unik seperti Michael Hedge.
Kalau ingin mempertajam feeling kamu menjadi seorang lead guitar, coba teknik two-hand tapping. Biasanya kalau ingin belajar teknik ini merujuk kepada masternya, Eddie Van Halen. Kamu bisa juga dengarkan teknik ini dari gitaris lain seperti Steve Vai dan Randy Rhoads. Keduanya juga jago menggunakan teknik ini, dengan style yang berbeda pastinya.
Mau belajar teknik right-hand tapping kamu bisa belajar dari Brian May. Permainan tapping yang unik dan istimewa dipertunjukkan pada bagian solo lagu “It’s Late”.

Band kamu punya dua gitaris? Biar lebih asyik, coba dengarkan kombinasi permainan dua gitaris grup band Thin Lizzy, Scott Gorham dan Brian Robertson di lagu Live and Dangerous.
Bosan dan capek belajar yang serba cepat? Dengarkan saja Jimmy Hendrix saat membawakan “Machine Gun”. Atau mungkin itu terlalu lambat buat kamu? Yngwie Malmsteen boleh dicoba untuk referensi musik kamu.
So, jadi gitaris jangan hanya mutlak bermain pada zona nyaman dan hanya menjadikan seorang idola jadi satu-satunya referensi musik kamu. Banyak grup musik yang mempunyai teknik dan suara yang unik untuk diulik. Bukan hanya grup musik dari luar negeri, di Indonesia pun banyak grup band atau gitaris yang bisa kamu jadikan referensi bermain gitar kamu. Dari GIGI hingga SLANK, dari MALIQ hingga EDANE.
Kamu bisa cari sendiri di YouTube untuk contoh-contoh lagu yang aku sebutkan diatas.
Okey, ambil gitarmu dan mainkan sesuka hatimu..

Jadilah orang pertama yang menyukai tulisan ini

Tidak ada komentar :

Posting Komentar